Jangan Sampai Anak Lebih Mengidolakan Tokoh Fiksi


Anak usia balita menyerap informasi dari apa yang mereka lihat atau dengar terus-menerus tanpa tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Sebab, ia belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk memahami mana yang nyata dan bukan.

Khayalan atau imajinasi berbaur dengan kenyataan. Jadi, membiarkan mereka menonton film horor, melihat berita dan terus-menerus mendengar orang dewasa bercerita tentang hal-hal menakutkan bisa membuatnya cemas dan berperilaku berlebihan.


Sisi baiknya tahap perkembangan ini, anak mampu mengimajinasi sebuah cerita, menggambarkan tokohnya, dan mengimajinasi berbagai peristiwa yang terjadi di dalam cerita atau dongeng. Saat mendengar cerita atau menonton film, anak meletakkan dirinya sebagai salah satu tokoh cerita, seolah dia sendiri mengalaminya.


Seorang ahli yang meneliti perkembangan kognitif manusia, Olifa Asmara, Psikolog Pendidikan lulusan Universitas Indonesia menjelaskan, di usia 4–5 tahun, anak sedang berada dalam tahapan berpikir pre-operational.  Anak belum siap untuk terlibat dalam operasi mental, atau manipulasi yang menuntut pemikiran logis. Ia berpikir egosentris. Contohnya, saat anak berkelahi dengan adiknya, lalu  si adik sakit, maka  anak  akan menyalahkan dirinya karena merasa menjadi penyebab  sakitnya si adik. “Dengan kondisi perkembangan kognitif seperti ini, tidak heran jika anak membuat respons yang kurang logis dari peristiwa yang dia lihat. Seperti setelah menonton film horor, ia menjadi takut tidur sendiri, ” kata Olifa.


Itu sebabnya, cerita atau tontonan yang mendidik akan membuat anak meniru nilai-nilai yang ada dalam cerita tersebut. Misalnya, bagaimana hidup saling menolong, menghargai perbedaan dan lain-lain. Sebaliknya, cerita yang banyak mengekspos peristiwa bencana alam, kekerasan atau penyiksaan, misalnya, bisa membuat anak merasa takut atau sedih berlarut-larut. Itulah yang menjadikan alasan, kenapa kita sebaiknya rajin memantau apa yang ditonton dan dibaca oleh anak.





Dan perlu di ingat Sebaik-baik kisah sejarah yang dapat diambil pelajaran dan hikmah berharga darinya adalah kisah-kisah yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’ân dan hadits-hadits yang shahîh dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Karena kisah-kisah tersebut disamping sudah pasti benar, bersumber dari wahyu Alloh yang maha benar, juga karena kisah-kisah tersebut memang disampaikan oleh Alloh untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat. Alloh berfirman :

.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman [Yusuf/12:111] 
.

Post a Comment

0 Comments